RSS

Sepenggal Cerita Tentang Laut

Entah sejak kapan. Aq sangat suka melihat laut. Menyaksikan ombak yang pecah menjadi ratusan buih indah. Mendengarkan suara hempasannya yang khas. Merasakan anginnya yang membelai dengan lembut. Memaksa rambut setiap orang yang berada dekat untuk menari sesuaimasih tuntunan sang angin. Rangkaian pesona yang sunguh mendamaikan hati.

Dan sore ini, aq kembali berdiri di sini. Di tengah banyak orang yang juga tengah mengagumi atau mungkin memanfaatkan keindahan laut ini. Sebagiannya seperti muda mudi yang tengah berbagi kasih. Sebagiannya mungkin orang yang sedang patah hati. Sementara sisanya, mungkin sama sepertiQ. Kesasar dan kemudian terjebak oleh pesona sang laut. Tapi serius kawan, jika suatu saat engkau sedang merasa patah hati, cobalah ke laut. Semoga rasa kalutmu sirna dan amarahmu mereda. Tapi berjanjilah satu hal. Jangan Melompat!

Laut ini sungguh baik hati, meski aq mendatanginya dengan pikiran yang semrawut, perasaaan yang tak jelas entah kenapa. Ia tetap menyambutQ dengan pesona kedamaiannya. Maka ketika aku memandang ke arahnya, dihadirkannya padaku pertunjukkan yang menyejukkan mata. Sebuah hamparan laut yang membentang luas sejauh mata memandang, hingga terlihat menyatu dengan langit di ujung cakrawala sana. Luasnya laut itu seolah menyusup masuk ke kedalaman hatiku. Menularkan rasa damai yang melapangkan jiwa.

Angin masih bertiup sepoi. membelaiku penuh pengertian. Aku mencoba tuk mengangkat pandangan sedikit lebih tinggi, menyaksikan bentangan langit di atas laut ini. Tanpa ada satu pilarpun yang terlihat menyanggahnya. Kuamati paduan warna yang sungguh tak tertandingi. Dilukis langsung Olah Sang Khalik Yang Maha luas ilmu-Nya. Sejak diciptakan jutaan tahun yang lalu ia masih tetap indah sampai hari ini. Tiada pudar pesonanya. Pernahkah kita temukn orang yang lancang berujar “Ah. kayaknya warna langit dah mulai kuno. Tidak trendy!” Tidak. Sekali lagi tidak! ungkapan semacam itu hanya untuk apa yang dibuat oleh manusia. Yang jika hari ini berhasil mengecat sebuah rumah dengan paduan warna yang dinamis, harmonis, dan modernis, harus bersiap diri jika 5 sampai 10 tahun akan datang. Orang-orang akan berkata. “Cat Rumahnya ganti dong! Sudah kuno!”

Sebentar lagi mentari terbenam, kupandangi lagi langit yang mulai memerah jingga. kulihat awan berarak pelan. Sesekali ia menutup sang mentari. Menghalangi sebagian cahayanya. dan membiarkan sebagian yang lain menembus celah tubuhnya. Sungguh, ketika mentari dan awan berkolaborasi, akan tercipta pesona yang memukau. Garis-garis cahaya yang memanjang dari atas langit turun ke bumi. Seumpama Lampu sorot angkasa yang tengah menyinari panggung kehidupan. Ah, Indahnya..

Aku merogoh sakuku, mengambil hp yang sedari tadi bersembunyi di sana. Sebentar lagi baterainya habis. Kusempatkan menelepon sahabatQ. kukabarkan padanya aku tengah berdiri di tepian pantai, memandang lurus ke arah laut. Pahamlah ia apa yang sedang melanda pikiranQ. Disampaikannya petuah2 yang memang sungguh kubutuhkan. Ada perdebatan di sana, dibumbui sedikit gelak tawa lantaran canda-canda yang renyah. Begitulah persahabatan. Tak banyak yang dapat kau sembunyikan darinya.

Dan awan yang berarak tadi mulai menurunkan butiran-butiran hujan. Aku masih berdiri di sini. menunggu sebuah pertunjukan baru. Seni alam yang indah tak terperi. Sebuah kolaborasi baru antara sinar mentari dan tetesan air hujan....Ya! Engkau benar kawan. Sebuah Pelangi...!


~Leonase~

Amin harmuva onalle e' cormamin (“,)

estela...!!!estela...!!!estela.....!!!astald....!!astald....!!mela...!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: