RSS

Mencari Bahagia, Dimana?


Bismillah..

Untuk sahabatku yang hatinya selalu rindu akan suara dentum kebahagiaan. Untukmu yang memiliki hati putih, kemudian memilih untuk menghiasnya dengan warni-warna bahagia. Untukmu yang menjadikan hatinya cermin yang bersih, hingga terpantul darinya cahaya-cahaya kebahagiaan.

Bagaimanakah artikan bahagia? Ah, Sahabatku. Bolehkah kita tidak ribut masalah ini? Karena bahagia sejatinya adalah bagian dari RASA. Kita bisa merasakannya namun akan selalu kehabisan kata untuk membahasakannya. Sama ketika kita menikmati sajian makanan yang mengandung garam. Kita bisa merasakan asinnya namun tak kan sanggup menjabarkan seperti apa asin itu.

Itulah kesaktian rasa, kita kan selalu bisa menyadari dan merasakan apa itu manis, asam, asin, marah, rindu, cinta, cemburu, sedih, dan bahagia. namun tak pernah bisa melukiskannya dalam kata.

Sahabatku, di sini, kita menghadapi hari bagai roda yang terus berputar. Di satu masa mengisinya dengan tangis, di masa lain dengan canda, senyum, dan tawa. Di satu masa dikuasai perasaan cinta dan rindu, di masa lain dikuasai rasa benci dan cemburu.

Sahabatku,

Jika insan-insan bumi ditanya, bagaimanakah caranya agar engkau bahagia? Dengarlah...

"Andai aku memiliki simpanan harta yang banyak, niscaya aku menjadi orang yang paling bahagia"

"Andai aku bisa menaklukkan perasaan sang gadis yang cantik jelita, hingga ia berkenan menikah denganku, niscaya aku menjadi orang yang paling bahagia."

"Andai aku mendapatkan rumah mewah yang menghadap sebuah pantai yang indah, niscaya aku kan sangat bahagia dan sejahtera"

" Andai aku bisa berkendara dengan kendaraan yang mewah nan mahal, niscaya diriku menjadi anak muda paling bahagia"

"Andai aku belajar di kota Swiss yang terkenal itu, dan menguasai berbagai bahasa yang berbeda, niscaya diriku menjadi bahagia dan mengenal banyak peradaban dunia”

“Andai aku mempelajari seni musik, dan pandai memainkan sebuah gitar, niscaya diriku menjadi orang yang paling bahagia. Kan kulantunkan nyanyian yang paling indah dan memesona setiap orang”

“Andai aku seorang gadis jelita, semua orang berharap mendekatiku, setiap lelaki berharap menjadikanku pendamping hidupnya, niscaya aku menjadi wanita paling bahagia di atas bumi ini”

“Andai aku bisa selalu menyelam ke dasar laut, menyaksikan semua keindahan di dalamnya. Niscaya aku adalah penyelam paling bahagia di dunia”

“Andai aku menjadi hamba Tuhan yang melakukan meditasi di salah satu gua di wilayah Tibet China yang tenang, niscaya aku menjadi orang paling bahagia, jauh dari hiruk pikuk kehidupan materialistis dan pergumulan kehidupan yang penuh kebisingan”

Sahabatku,

bukankah semua kondisi itu berada di luar diri kita? Apakah kita yakin benar kebahagiaan itu bersembunyi di luar sana? Adakah ia sungguh tersimpan dalam harta yang berkilau, Kedudukan yang tinggi, pengakuan manusia, dan pencapaian-pencapaian “luar” yang lain? apakah bahagia itu tidak dapat dirasakan sebelum satu atau sebagian dari kondisi itu tercapai? Jika memang begitu, mengapa kita temukan manusia yang berhasil mencapai satu atau sebagian kondisi-kondisi itu namun tidak juga merasa bahagia?

Mengapa banyak manusia yang dikarunia harta melimpah namun tak kunjung merasakan kebahagiaan? Dikarunia kedudukan dan memperoleh pengakuan manusia namun tak sanggup lepas dari perasaan galau yang menyiksa? Apakah ia harus menunggu lagi untuk bahagia, sampai semua kondisi itu terpenuhi? Ah, Apakah bahagia itu sedimikian sulitnya?

Ataukah, sesungguhnya....

Kebahagiaan itu ada di dalam diri kita? Hingga bahagia itu bisa selalu ada di dalam keadaan sempit maupun lapang. Hingga bahagia itu selalu melekat dalam masa mengejar cita. Dan tetap ada di saat satu demi satu cita terwujud.

Temanku,

bahagia masih sebuah rasa yang tak terjabarkan, namun kita akan selalu bisa menyadari saat ketika bahagia itu bersemayam dalam diri.

Dan kiranya....

Jika saat ini bahagia terasa hilang dari dalam dada. Mungkinkah itu pertanda, kita telah mencari dan mengejarnya di tempat yang salah?



~~~moga berlanjut di note berikutnya~~~~


*Diadaptasi dari tulisan ilmiah DR. Taufik Ahmad Al Kusayer berjudul "Fannul Istimta", edisi Indonesia berjudul "Seni menikmati hidup" (Tarbawi press).


Sahabat, kuhadirkan tulisan ini agar kita tak pernah behenti menyusur jalan kebahagian hakiki, khawatir jika tersesat terlalu jauh, kita lupa jalan mana untuk pulang. Tahukah engkau? Taman hati ini begitu kering dan gersang, menantimu menyiramnya dengan nasehat 'benar' dan 'sabar' , menumbuhkan diatasnya bunga-bunga dengan kelopak jiwa yang mekar nan semerbak. Hingga pada saatnya nanti, kita dikumpulkan di sebaik-baik tempat untuk berkumpul.


~Leonase~
READ MORE - Mencari Bahagia, Dimana?
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS