RSS

Nama Dengan Tinta Emas

Beberapa malam yang lalu saya bersama seorang sahabat tengah mengobrol dengan coach kami... saya menyebutnya coach karena beliau banyak memberikan nasehat-nasehat kehidupan pada saya dan juga teman2 yang lain..
tepat pukul jam 12 malam ponsel beliau berdering, Anak sulung beliau menelepon, malam itu adalah malam yang istimewa, dan beliau nampaknya bisa menebak apa yang akan didengarnya. Coach memberi isyarat pada kami, kemudian menekan tombol jawab setelah sebelumnya memencet tombol loudspeaker.

Dari seberang, terdengar suara anak sulung beliau yang langsung bernyanyi riang setulus hati: “Happy birthday ayah...happy birthday ayah...happy birthday..happy birthday...happy birthday ayah...” coach sengaja diam, ia membiarkan anaknya tercinta menyelesaikan lagunya. Selanjutnya yang ada adalah obrolan hangat antara seorang ayah dan anaknya.

Kamipun ikut diam, tak tahu apa yang tengah dipikirkan sahabatku, yang kutahu waktu itu pikiranku sibuk mengingat sebuah kisah lain yang mirip. Kisah tentang seorang dirigen. Seorang yang menjadi navigator sebuah orkestra besar. Tugasnya sederhana tapi tak mudah, melahirkan simfoni indah dari berbagai macam alat musik yang dimainkan oleh banyak orang.

Maka mulailah sang dirigen memainkan tongkatnya, semua anggota orkestra memainkan alat musiknya sesuai gerakan tangan sang dirigen, terciptalah sebuah simfoni yang harmonis, merdu luar biasa. Ratusan penonton berdecak kagum mendengarkan musik yang dimainkan orkestra tersebut. Setelah orkestra musik tersebut menuntaskan tugasnya, seketika ratusan penonton memberikan “standing applause” kepada sang dirigen berbakat.

Biasanya ketika mendapatkan tepuk tangan hangat dari penonton di akhir pertunjukan seorang dirigen akan menunduk setengah membungkuk sebagai balasan penghormatan atas apresiasi yang diberikan padanya. Namun kali ini berbeda, sang dirigen tetap tegak berdiri, tidak membalas sedikitpun, tepuk tangan itu masih terus terdengar dari hampir seluruh penonton yang hadir. namun sang dirigen tetap bergeming. ia hanya menatap lembut kepada sosok seorang tua yang tengah duduk di barisan penonton. Sang tua tersenyum hangat, kemudian ia pun berdiri tuk memberikan standing applause pada sang dirigen. Melihat itu, barulah Sang Dirigen dengan penuh penghargaan dan hormat menundukkan badannya ke arah hadirin.Memberikan penghormatannya di tengah riuh tepuk tangan para penonton. Rupanya bapak tua tadi adalah guru yang telah mengajarkan sang dirigen berbakat tadi bagaimana mengayunkan tongkatnya.

Terkadang bagi manusia, penghargaan dari seorang yang berharga, jauh lebih berarti ketimbang penghargaan ratusan orang penggemar. Saya tak tahu apa ini benar sepenuhnya, setiap orang pasti memiliki orang-orang yang berarti. Orang yang begitu dihormati atau mungkin begitu disayangi. Nama yang ketika ia menyapa dan memberikan penghargaan maka seluruh dunia seakan menyambut gembira, nama yang ketika ia tak acuh dan melangkah pergi maka seluruh dunia seakan ikut lari menjauh meninggalkan sang anak Adam dalam sunyi.

Cobalah menyelam ke kedalam samudera hati. Mungkin saja di sana Anda akan menemukan satu atau beberapa nama yang tertulis dengan tinta emas di hati Anda. Untuk menemukannya mungkin sulit, tapi yang jauh lebih sulit adalah mengetahui siapakah orang yang menulis nama Anda dengan tinta emas di kedalaman hatinya.

Moga untaian kalimat ini memberi makna..
~Leonase~



Everybody’s looking for that something..one thing that makes it complete...
(Westlife-Flying without wings)
^_^ estela...!!!estela...!!!estela.....!!!astald....!!astald....!!mela...!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

ummu khalid mengatakan...

ancha has a poetry in his soul. i never know u had such a great talent, bro!
gambatte kudasai !!!